Flebitis atau tromboflebitis adalah Peradangan dan pembekuan darah di dalam suatu vena superfisial (vena permukaan).
B. ETIOLOGI
Peradangan pada vena bisa disebabkan oleh cedera, meskipun cederanya bersifat ringan.
C. ANATOMI FISIOLOGI
Arteri membawa darah dari jantung ke jaringan. Vena mengembalikan darah dari jaringan ke jantung, sehingga darah dapat kembali beredar. Untuk mengembalikan darah ke jantung, vena harus bekerja melawan gravitasi. Kontraksi otot tungkai bawah berperan sebagai pompa, meskipun lemah, dinding vena yang elastis membantu darah kembali ke jantung. Katub kecil searah di dalam vena membuka saat darah mengalir ke arah jantung dan menutup untuk menghentikan darah yang mengalir ke bawah.
D. GEJALA
1. Nyeri yang terlokalisasi
2. Pembengkakan pada kaki karena adanya pembendungan darah.
3. Kulit yang kemerahan timbul dengan cepat diatas vena dan di seputar mata kaki, akibat tidak lancarnya aliran darah. Kadang diikuti dengan luka di sekitar mata kaki yang sulit sembuh.
E. PATOFISIOLOGI
Di dalam kompartemen otot, vena profunda akan mengalirkan darah naik keatas melawan gravitasi dibantu oleh adanya kontraksi otot yang menghasikan suatu mekanisme pompa otot. Tekanan sebesar 5 atm tidak akan menimbulkan distensi pada vena profunda dan selain itu karena vena profunda terletak di dalam fasia yang mencegah distensi berlebihan. Tekanan dalam vena superfisial normalnya sangat rendah, apabila terjadi peningkatan tekanan dalam pembuluh darah vena yang memberikan respon terhadap vena menjadi melebar dan berkelok-kelok sehingga aliran darah tidak lancar.
F. FAKTOR PEMICU FLEBITIS
1. Faktor keturunan
Flebitis biasanya terjadi saat dewasa akibat perubahan hormon dan bertambahnya berat badan. Flebitis yang terjadi di usia muda,kemungkinan besar disebabkan faktor keturunan.
2. Kehamilan
Meningkatnya hormon progesteron dan bertambahnya berat badan saat hamil yang kaki semakin terbebani, akibatnya aliran darah dari kaki, tungkai, pangkal paha dan perut bagian bawah pun terhambat.
3. Kurang gerak
Gaya hidup perkotaan yang kurang gerak, menyebabkan otot sekitar pembuluh darah vena tidak mampu memompa darah secara maksimal.
4. Merokok
Kandungan zat berbahaya dalam rokok membuat pembuluh darah menjadi kaku dan terjadi penyempitan, sehingga dinding pembuluh tidak elastis lagi.
5. Terlalu banyak berdiri
Berdiri terlalu lama membuat kaki terlalu berat menahan tubuh dan memperparah beban kerja pembuluh vena dalam mengalirkan darah. Bila profesi Anda mengharuskan banyak berdiri, usahakan untuk tidak berdiri dengan posisi statis (diam), tapi tetap bergerak. Misalnya dengan berjalan di tempat, agar otot tungkai dapat terus bekerja memompa darah ke jantung.
6. Menderita kolesterol tinggi dan kencing manis
Kedua jenis penyakit ini berhubungan erat dengan masalah peredaran darah, kelainan pembuluh darah dan kegemukan yang memicu terjadinya varises.
7. Memakai sepatu hak tinggi
Hak sepatu yang terlalu tinggi membuat gerak otot tumit yang berfungsi membantu kerja pembuluh darah, menjadi tidak maksimal.
BAB III
PEMERIKSAAN FISIOTERAPI
A. PROBLEMATIK FISIOTERAPI
a. Diagnosa Fisioterapi
1. Impairment
a) Adanya nyeri
b) Adanya bengkak
2. Fungsional Limitation
a) Pasien belum mampu berjalan jauh oleh karena nyeri
b. Pemeriksaan Spesifik
1. VAS untuk mengetahui derajat nyeri.
2. Midline untuk mengukur oedem.
3. Goneometer untuk mengukur LGS
c. Pemeriksaan Gerk Dasar
1. Gerak aktif
Pasien melakukan semua gerakan pada AGB secara aktif.
2. Gerak pasif
Pasien melakukan semua gerakan pada AGB dengan di bantu dengan terapis.
B. PELAKSANAAN FISIOTERAPI
1. Elevasi tungkai
Aplikasi Pasien posisi supinelying kemudian beri sanggahan dengan guling atau bantal pada tungkai bawah untuk mengurangi oedem dan nyeri
2. Terapi Latihan gerak aktif dan pasif
Aplikasi pasien Posisi pasien supinelying pasien menggerakkan secara aktif dan pasif pada tungkai bawah dengan semua gerakan supaya katub kecil di dalam vena saat darah mengalir ke arah jantung dan menutup untuk menghentikan darah yang mengalir ke bawah.
Selasa, 31 Agustus 2010
MAKALAH
NYERI MUSCULOSKELETAL AKIBAT GANGGUAN NEUROLOGI
Makalah Ini Disusun Guna Memenuhi Tugas FT Musculoskeletal
Di susun oleh :
Fani Agustina ( 109108005)
Kurnia Wulan N ( 109108007)
Mar’atus Sholikha ( 109108008)
Rodyta Ratnasari (109108011)
PRODI DIII FISIOTERAPI
STIKES AL-IRSYAD AL-ISLAMIYYAH
CILACAP
BAB I
ISI
I. ISCHIALGIA
A. DEFINISI
Ischialgia yaitu suatu kondisi dimana ada rasa sakit, rasa lemah, rasa panas dan kesemutan di sepanjang kaki bagian belakang (sepanjang persyarafan syaraf Ishiadica), yang disebabkan oleh kompresi atau penekanan atau kecelakaan yang melibatkan syaraf Ischiadica.
(Dr. Jonaidi Teramihardja, SpRM )
B. ETIOLOGI
Kompresi atau penekanan atau kecelakaan yang melibatkan syaraf Ischiadica.
C. GEJALA
1. Nyeri yang menjalar atau seperti rasa kestrum, yang dirasakan dari pantat menjalar ke daerah paha, betis bahkan sampai kaki
2. Nyeri daerah pantat
D. PATOLOGI
Ischialgia yaitu suatu kondisi dimana syaraf ischiadikus yang mempersyarafi daerah pantat sampai kaki terjempit. Penyebab terjepitnya saraf ini ada beberapa faktor, yaitu antara lain : kontraksi atau radang otot-otot daerah pantat, adanya perkapuran tulang belakang atau adanya keadaan yang disebut dengan Hernia Nukleus Pulposus (HNP) dan lain sebagainya.(Sidharta, Priguna dan Mahar Mardjono. 2008)
Ischialgia timbul akibat perangsangan serabut-serabut sensorik yang berasal dari radiks posterior L4-S3. dan ini dapat terjadi pada setiap
NYERI MUSCULOSKELETAL AKIBAT GANGGUAN NEUROLOGI
Makalah Ini Disusun Guna Memenuhi Tugas FT Musculoskeletal
Di susun oleh :
Fani Agustina ( 109108005)
Kurnia Wulan N ( 109108007)
Mar’atus Sholikha ( 109108008)
Rodyta Ratnasari (109108011)
PRODI DIII FISIOTERAPI
STIKES AL-IRSYAD AL-ISLAMIYYAH
CILACAP
BAB I
ISI
I. ISCHIALGIA
A. DEFINISI
Ischialgia yaitu suatu kondisi dimana ada rasa sakit, rasa lemah, rasa panas dan kesemutan di sepanjang kaki bagian belakang (sepanjang persyarafan syaraf Ishiadica), yang disebabkan oleh kompresi atau penekanan atau kecelakaan yang melibatkan syaraf Ischiadica.
(Dr. Jonaidi Teramihardja, SpRM )
B. ETIOLOGI
Kompresi atau penekanan atau kecelakaan yang melibatkan syaraf Ischiadica.
C. GEJALA
1. Nyeri yang menjalar atau seperti rasa kestrum, yang dirasakan dari pantat menjalar ke daerah paha, betis bahkan sampai kaki
2. Nyeri daerah pantat
D. PATOLOGI
Ischialgia yaitu suatu kondisi dimana syaraf ischiadikus yang mempersyarafi daerah pantat sampai kaki terjempit. Penyebab terjepitnya saraf ini ada beberapa faktor, yaitu antara lain : kontraksi atau radang otot-otot daerah pantat, adanya perkapuran tulang belakang atau adanya keadaan yang disebut dengan Hernia Nukleus Pulposus (HNP) dan lain sebagainya.(Sidharta, Priguna dan Mahar Mardjono. 2008)
Ischialgia timbul akibat perangsangan serabut-serabut sensorik yang berasal dari radiks posterior L4-S3. dan ini dapat terjadi pada setiap
I. ISCHIALGIA
A. DEFINISI
Ischialgia yaitu suatu kondisi dimana ada rasa sakit, rasa lemah, rasa panas dan kesemutan di sepanjang kaki bagian belakang (sepanjang persyarafan syaraf Ishiadica), yang disebabkan oleh kompresi atau penekanan atau kecelakaan yang melibatkan syaraf Ischiadica.
(Dr. Jonaidi Teramihardja, SpRM )
B. ETIOLOGI
Kompresi atau penekanan atau kecelakaan yang melibatkan syaraf Ischiadica.
C. GEJALA
1. Nyeri yang menjalar atau seperti rasa kestrum, yang dirasakan dari pantat menjalar ke daerah paha, betis bahkan sampai kaki
2. Nyeri daerah pantat
D. PATOLOGI
Ischialgia yaitu suatu kondisi dimana syaraf ischiadikus yang mempersyarafi daerah pantat sampai kaki terjempit. Penyebab terjepitnya saraf ini ada beberapa faktor, yaitu antara lain : kontraksi atau radang otot-otot daerah pantat, adanya perkapuran tulang belakang atau adanya keadaan yang disebut dengan Hernia Nukleus Pulposus (HNP) dan lain sebagainya.(Sidharta, Priguna dan Mahar Mardjono. 2008)
Ischialgia timbul akibat perangsangan serabut-serabut sensorik yang berasal dari radiks posterior L4-S3. dan ini dapat terjadi pada setiap
Buat Anak Anda Nyaman Saat Ke DokteR
Add caption |
Banyak anak yang merasa takut saat diajak mengunjungi dokter karena persepsi negatif tentang dokter. Padahal, pemeriksaan kesehatan merupakan kegiatan yang penting bagi perkembangan dan pertumbuhan anak. Bagaimana mengatasinya?
Pergi ke klinik atau rumah sakit untuk diperiksa oleh dokter, bagi anak bisa menjadi pengalaman seru atau malah traumatis. Hal itu sangat tergantung bagaimana Anda mempersiapkan si buah hati. Seringkali, sesampainya di ruangan dokter anak malah menangis histeris, minta pulang atau bahkan berlari keluar.
Tentunya Anda tidak ingin hal itu terjadi pada anak. Karena, persoalan perawatan kesehatan merupakan hal penting. Jika tidak, si kecil tentu akan mengalami gangguan terhadap organ vitalnya. Karena itu, sebelum memeriksakan anak ke dokter, orang tua sebaiknya lakukan beberapa persiapan. Diantaranya memberikan pemahaman tentang kesehatan terutama soal pentingnya memeriksakan diri ke dokter pada anak.
Sebelumnya, yang paling penting adalah apabila Anda terbiasa mengancam anak dengan mengatakan akan membawanya ke dokter supaya disuntik, maka mulai saat ini hentikan sikap tersebut. Ancaman yang tidak jelas seperti, ”Kalau kamu enggak makan, nanti Ibu laporin dokter, lo!” juga membuat persepsi anak tentang dokter menjadi negatif. Oleh karenanya sekali lagi, jangan menciptakan citra buruk tentang dokter.
Seperti juga pengalaman Marcela Jones, seorang profesor Bahasa Inggris di Washington DC, Amerika Serikat. Dia menceritakan kalau putrinya yang berusia 3 tahun, Amalia, mulai berteriak kencang segera setelah mereka masuk ke ruangan dokter. Jones menuturkan, anaknya tersebut mulai takut dengan dokter sejak pemeriksaan rutin dua tahun lalu.
Biasanya, Amalia menjalankan suntikan imunisasi secara berkala lalu dilanjutkan dengan pemeriksaan darah. ”Kami harus menahannya dengan tiga orang,” kata Jones. ”Sebuah hal yang mengerikan,” lanjutnya.
Apa yang seharusnya orangtua lakukan dengan kondisi tersebut? Jones tahu dia tidak mau lagi hal itu terjadi dan mulai membicarakan kepada buah hatinya mengapa orangtua membawa anak-anaknya ke dokter dan apa yang biasanya terjadi di dalam ruangan.
Karen Stephens MS, seorang pendidik anak usia dini di Illinois State University, Amerika Serikat dan penulis buku “The Complete Parenting Exchange Library” mengungkapkan, karena anak tidak mengerti apa yang terjadi saat pemeriksaan dokter, karenanya orangtua musti menjelaskannya secara detil apa saja yang terjadi di sana. Kegiatan pemberian informasi ini sangat penting bagi anak.
”Sering kali memang yang terlihat lebih banyak rasa takut,” katanya. ”Karena anak-anak tidak tahu apa yang mereka harapkan (di ruangan dokter tersebut),” terangnya.
Atau, kadang-kadang anak memiliki pemikiran yang salah tentang perawatan medis. Jika mereka pernah melihat acara televisi soal kegiatan di rumah sakit misalnya, mereka selalu mengaitkan dokter dengan trauma dan cedera fatal. Karena itu, untuk memerangi ketakutan anak-anak, orang tua harus menjelaskan apa yang akan terjadi ketika mereka mengunjungi dokter. Penjelasan yang mungkin membantu contohnya kegunaan stetoskop dokter yang digunakan untuk mendengarkan hati anak yang mungkin merasa sakit, atau alat pendeteksi lidah yang bisa menolong dokter untuk melihat tenggorokan yang mungkin pertanda penyakit tertentu.
Orangtua juga harus menjadi contoh yang baik agar anak bisa belajar soal ini. ”Banyak proses perkembangan anak-anak harus dilalui dengan cara menakutkan terlebih dahulu,” kata Stephens. ”Tetapi ketika anak-anak cukup berani untuk menghadapi meja dokter sendiri, orangtua tak perlu sungkan untuk menyemangatinya ‘Kamu bisa melakukannya’,” tuturnya.
Mendapatkan perawatan medis, jelas Stephens, merupakan keterampilan hidup lain yang penting bagi seseorang. ”Tapi kalau anakanak merasakan kegugupan orangtuanya, mereka juga akan menafsirkan kalau mengunjungi dokter sebagai sebuah kesepakatan yang paling besar (untuk mendapatkan bantuan medis),” ungkapnya.
Setelah itu? ”Saya tidak terlalu suka dengan pemberian barang seagai hadiah,” kata Stephens. ”Tapi saya termasuk penggemar berat untuk menjalankan sesuatu yang menyenangkan bersama-sama sebagai sebuah komplimen,” ujarnya. “Yang terpenting adalah bagaimana Anda mengungkapkan kebahagian tersebut,” terangnya lagi.
“Misalnya dengan mengatakan,‘Ayo nak, kita pergi jalan-jalan untuk merayakan keberanian kamu (pergi ke dokter) dan kerjasama kita selama ini’. Karena, terus terang, ketika saya melakukan sesuatu yang menantang, saya ingin merayakannya bersama yang tersayang,” tandas Stephens.
Untuk itu, Stephens memberikan sejumlah tips agar anak tidak takut saat mengunjungi dokter.
Pertama, belilah permainan dokter-dokteran dan biarkan anak bermain memeriksa binatang peliharaan, boneka atau bahkan Anda laksana seorang dokter.
Lalu, berikan buku-buku bergambar yang menunjukkan apaapa saja yang terjadi selama kunjungan ke dokter. Orangtua diharapkan tidak berbohong. Ya, suntikan memang akan menyakiti, namun katakan kepada buah hati bahwa ini akan berakhir dengan cepat dan pentingnya perawatan medis untuk kesehatan jangka panjang. ”Jangan bohong, kalau suntikan itu tidak akan sakit,” tegas Stephens. Lalu, hangatkan jiwa anak anak. Bawa juga si bungsu saat kakaknya melakukan pertemuan dengan dokter secara berkala.
”Jadi mereka terbiasa dengan rutinitas. Ajak juga anak-anak menemani Anda saat Anda mengunjungi dokter. Biarkan mereka melihat apa yang terjadi dan bagaimana Anda bereaksi,” bterang Stephens. (Okezone.com)
Pelayanan Kesehatan Dan Ibu Hamil Harus Mendukung Pemberian ASI
Fasilitas layanan kesehatan baik milik pemerintah maupun swasta di minta agar turut mensukseskan program pemberian ASI. Hal tersebut juga di jelaskan kepada para ibu hamil tentang pentingnya ASI bagi bayi. Karena menurut Menkes, pemberian ASI harus ditingkatkan, seperti di katakannya ketika memperingati Pekan ASI tingkat nasional di Monas.
Menteri Kesehatan Endang Rahayu Sedyaningsih meminta seluruh fasilitas layanan kesehatan milik pemerintah maupun swasta untuk memfasilitasi keberhasilan program pemberian ASI.
“Dewasa ini pemberian ASI masih harus ditingkatkan,” kata Menkes dalam peringatan Pekan ASI Dunia 2010 tingkat nasional di Monas, Jakarta, Minggu (8/8/2010) kemarin.
Menkes menyatakan, berdasarkan data Susenas 2004 sampai 2008, cakupan pemberian ASI eksklusif pada seluruh bayi di bawah enam bulan meningkat 58,9 persen pada 2004 menjadi 62,2 persen pada 2007. Namun kemudian menurun menjadi 56,2 persen pada 2008.
Disampaikannya, sejumlah kegiatan yang akan dilakukan adalah meningkatkan pemahaman masyarakat tentang arti pentingnya memberikan ASI kepada bayi, meningkatkan jumlah motivator dan konselor menyusui dan mengembangkan regulasi untuk mendukung keberhasilan menyusui.
Menkes berharap, dengan diterapkannya 10 langkah menuju keberhasilan menyusui tersebut, maka akan ada peningkatan jumlah bayi usia 0 sampai enam bulan yang disusui secara eksklusif di Indonesia yang pada gilirannya akan mewujudkan peningkatan kualitas sumber daya manusia di masa mendatang.
Menurut Endang , ada 10 langkah menuju keberhasilan ASI. Yang Pertama adalah menetapkan kebijakan peningkatan pemberian ASI secara rutin dikomunikasikan pada semua petugas. Yang kedua melakukan pelatihan bagi petugas untuk menerapkan kebijakan tersebut.
Langkah ketiga adalah memberikan penjelasan pada ibu hamil tentang manfaat menyusui dan tatalaksana dimulai sejak kehamilan, masa bayi lahir hingga dua tahun. Langkah keempat membantu ibu mulai menyusui bayinya selama 60 menit setelah melahirkan di ruang bersalin, kelima membantu ibu untuk memahami cara menyusui yang benar dan cara mempertahankan menyusui meski ibu dipisah dari bayi atas indikasi medis.
Langkah keenam tidak memberikan makanan dan minuman apa pun selain ASI kepada bayi baru lahir, ketujuh melaksanakan rawat gabung dengan mengupayakan ibu bersama bayi selama 24 jam sehari. Kedelapan yakni membantu ibu menyusui semau bayi tanpa pembatasan terhadap waktu dan frekuensi menyusui. Kesembilan, tidak memberikan dot atau empeng kepada bayi yang diberi ASI dan terakhir mengupayakan terbentuknya kelompok pendukung ASI di masyarakat dan merujuk ibu kepada kelompok tersebut ketika pulang dari rumah sakit atau rumah bersalin serta sarana pelayanan kesehatan. (Kompas.com)
MELATIH BAYI
aisyah |
Kemampuan anak untuk dapat berbicara dengan bahasa asing pastinya membuat banyak orang merasa kagum. Dan menurut Dr. Rosemini A.P.,MPsi hal tersebut sangat baik untuk membantu anak memahami informasi dan juga instruksi yang di sampaikan. Untuk para orang tua yang ingin mengetahui tahapan-tahapan anak saat mulai berbicara, beberapa pakar memberikan keterangannya.
Di jaman serba modern seperti sekarang ini, kita sering menjumpai anak-anak kecil yang sudah lancar berbicara dengan bahasa asing. Terutama bahasa Inggris, hal ini terkadang membuat kita sangat kagum akan kemampuan mereka. Tentunya bagi orang tua yang memiliki anak pandai berbahasa seperti itu akan merasa sangat bangga.Itulah yang disebut smart language yaitu kecerdasan yang menekankan pada kemampuan menggunakan kata-kata dan bahasa dalam kegiatan berbicara, membaca dan menulis. Menurut Dr. Rosemini A.P.,MPsi kemampuan ini akan membantu anak untuk bisa memahami informasi atau instruksi yang disampaikan. “Bisa dibilang ini bisa membantu mengembangkan kecerdasan anak,” ungkapnya saat ditemui di Surabaya.
Kemampuan untuk memahami dan menguasai dua jenis bahasa atau sering disebut bilingual ini paling banyak terjadi pada anak-anak dari pernikahan 2 bangsa yang menghasilkan 2 bahasa. “Karena orang tua menguasai dua bahasa maka anaknyacpun pasti akan mengikuti kemampuan tersebut,” ujar Psikolog yang akrab disapa Mbak Romi ini. Bagi anak-anak yang menguasai bilingual ini tentunya akan sangat banyak manfaatnya. Salah satunya membantu anak berkomunikasi dengan lingkungan, baik lisan maupun tulisan, juga menghindari terjadinya kesalahpahaman.
Kalau memperhatikan tuntutan globalisasi yang memungkinkan anak untuk berinteraksi dengan dunia yang lebih luas, penguasaan dua bahasa ini memang sangat perlu bagi anak-anak. Tapi tentu saja ada beberapa aspek yang perlu diperhatikan orang tua sebelum menggunakan bilingual sejak dini.
Menurut Rosemini ada beberapa tahapan perkembangan bahasa yang dilalui anak-anak dalam proses tumbuh kembang mereka. “Anak sudah mulai bisa memahami beberapa konsep dasar dan mulai bisa memproduksi kalimat yang lebih panjang dan kompleks saat mereka berumur 60 bulan, jadi kalau memang ingin memberi anak bekal pengetahuan tentang bahasa, sebaiknya dilakukan setelah usia tersebut,” terangnya.
Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh dr Paul Thompson bahwa otak berkembang mengikuti pola tertentu. Menurut dr Thompson, usia 3-6 tahun yang berkembang adalah otak bagian depan. Usia 6-13 tahun yang berkembang adalah otak bagian belakang, termasuk untuk perkembangan bahasa. Jadi usai 6-13 tahun adalah masa paling efektif untuk belajar bahasa, terutama untuk second language.
Untuk dapat mewujudkan hal tersebut, ada beberapa tips bagi orang tua bagi kelancaran program tersebut. Orang tua harus mempertimbangkan kebutuhan keluarga dan kebutuhan anak sebelum menentukan menggunakan bilingual. “Ukurlah kebutuhan dan kemampuan diri dari si anak. Orang tua juga harus siap belajar dan mengembangkan kemampuan bahasa kedua agar bisa memperlancar perkembangan bahasa anak,” tegas Rosemini. Dalam hal ini dianjurkan pula bagi orang tua untuk tidak hanya mengandalkan institusi sekolah atau tempat kursus untuk mengajarkan kemampuan bahasa anak.
Lalu bagaimana dengan bayi yang suka mengoceh? kalau bayi mulai mengoceh, ia tidak sedang iseng belaka. Ia justru sedang menunjukkan kemampuannya. Pendapat ini antara lain didasari beberapa penelitian yang dilakukan di Amerika. Patricia Kuhl, Direktur Departemen Speech and Hearing University of Washington, mengungkapkan dengan mengoceh berarti bayi berlatih membangun fondasi berbahasa. Mengoceh juga menunjukkan kecerdasan si kecil. Kenapa? Karena bayi harus mentransformasikan suara atau kata-kata yang didengarnya untuk diselaraskan dengan kemampuan bicaranya. Senada dengan Kuhl, seorang spesialis percakapan dari University of Kansas, Mabel Rice, mengatakan bayi yang mengoceh berarti sedang belajar berbahasa.
Hasil penelitian pakar perkembangan otak dari Amerika tahun 1999, Huttenlocher, Jusyck, dan Kuhl juga menyebutkan, pada umur 6-12 bulan bayi dapat mengenali pola bicara orang di sekelilingnya. Bayi mampu mengenali kata-kata yang sering diucapkan ayah/ibunya. Makin sering orang tua berbicara kepada si kecil maka semakin kaya perbendaharaan kata yang diperolehnya. Alhasil, dia akan lebih terampil berbicara pada umur 5-6 tahun. Jadi, ternyata bayi tak cuma mengingat perkataan orang di sekelilingnya tapi juga menganalisanya. Bahkan, ia memiliki kemampuan mengingat struktur percakapan orang yang sedang berbicara di sekitarnya.
MENSTIMULASI KECERDASAN
Memang, tidak bijaksana jika kita hanya menganggap mengoceh sebagai satu-satunya tolak ukur kecerdasan bayi. Seperti diungkapkan dr. Soedjatmiko, Sp.A(K),M.Si., kecerdasan merupakan suatu hal yang kompleks. Antara lain membutuhkan proses melihat, mendengar, membandingkan, menyamakan, mengelompokkan, menggabungkan, menyimpan, merepresentasikan atau mengeskpresikan melalui berbagai cara, baik verbal maupun gerakan. Nah, agar mengoceh dapat memberi kontribusi besar kepada kecerdasannya, orang tua perlu menanggapi ocehan tersebut dengan penuh kasih sayang. “Dengan begitu bayi jadi merasa aman dan nyaman. Hal ini sangat penting untuk pembentukkan attachment serta basic trust pada bayi,” papar Ketua Subbagian Tumbuh Kembang Pediatri Sosial Bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI ini.
Mengoceh secara tidak langsung akan merangsang kecerdasan-kecerdasan lainnya, termasuk kecerdasan emosional, komunikasi, dan logika matematika. Lo, kok, sampai ke logika matematika segala? “Ya, kalau kita ingin bayi terbiasa dengan matematika, ajaklah ia berbicara mengenai konsep besar-kecil atau hitungan seperti penjumlahan dengan menggunaan alat peraga mainan. Secara otomatis hal itu menstimulasi kecerdasan matematikanya. Tentunya dengan syarat, lakukan dalam suasana bermain yang menarik dan menyenangkan,” kata Soedjatmiko.
TAHAPAN KEMAMPUAN BICARA
Kemampuan berbicara pada bayi terdiri atas beberapa tahapan. Berikut tahapannya menurut Soedjatmiko:
* Usia 0- 3 bulan. Bayi mulai menunjukkan reaksi terhadap bunyi-bunyian yang didengarnya. Dia akan mencari sumber suara tersebut. Si kecil juga perhatian terhadap suara musik atau nyanyian.
* Usia 3-6 bulan. Si kecil memandang orang yang berbicara padanya. Dia juga dapat tertawa dan mengeluarkan suara menandakan suasana hati gembira atau sebaliknya. Bayi akan terdiam memperhatikan/mendengar suara yang dikenalnya.
* Usia 6 -8 bulan. Bayi mulai bisa mengucapkan satu suku kata. Misalnya, “Ma, pa, ta…da.” Si kecil juga akan menjerit atau mengoceh minta diperhatikan. Di usia ini bayi menanggapi pembicaraan.
* Usia 8-10 bulan. Bayi mulai bisa bersuara bersambung. Misalnya, “Ma-ma-ma-ma, pa-pa-pa-pa, da-da-da-da, ta-ta-ta-ta.” Ocehannya mulai mirip dengan bicara.
* Usia 10-13 bulan. Si kecil mulai bisa memanggil. Misalnya, “Mama, Papa!” Ia mulai bisa mengucapkan satu kata sederhana.
MELATIH BAYI MENGOCEH
Jangan lupa dengan melatih bayi berbicara, kita sekaligus akan merangsang perkembangan emosi, sosial, dan kecerdasannya. Dengan latihan secara rutin diharapkan lama-kelamaan bayi dapat menjawab ucapan orang tuanya dengan kata-kata bahkan kalimat. Nah, supaya si kecil tidak terlambat berbicara, lakukan metode praktis melatih bayi berikut ini setiap hari:
I. Berbicaralah kepada bayi sebanyak dan sesering mungkin.
1. Bertanya pada bayi, contohnya, “Kamu haus, ya? Mau susu lagi?; Ini gambar apa?; Ini boneka apa?; Ini warnanya apa?; Ini namanya siapa?”
2. Berkomentar terhadap perasaan bayi. Contohnya, “Kasihan, adik rewel. Kepanasan, ya? Nah, sekarang dikipasin ya?; “Ooo, kasihan, adik rewel gatal digigit nyamuk, ya?; “Jatuh ya? Sakit? Sini diobatin!”
3. Menyatakan perasaan ibu/ayah. Contohnya, “Aduh, Mama kangen banget sama adik. Tadi Mama di kantor ingat terus sama adik. Mmmh, Mama sayang, deh, sama adik.”
4. Berkomentar tentang keadaan bayi. Contoh, “Tuh, mulutmu mungil, ya!; “Wah, rambutmu masih botak!”
5. Berkomentar mengenai kemampuan atau perilaku bayi. Contohnya, “Wah, Rini sudah bisa duduk!”; “Eeee, Tono sudah bisa berdiri?”; “Horee, anakku sudah bisa jalan!”
6. Bercerita tentang benda-benda di sekitar bayi. Contoh, “Ini namanya bantal. Warnanya merah muda. Ada gambar Winnie the Pooh-nya.”; Yang ini namanya boneka Teletubbies. Ini yang warna merah. Ini yang warnanya hijau. Yang itu ungu. Nih, coba peluk.”
7. Bercerita tentang kegiatan yang sedang dilakukan pada bayi. Contoh, “Adik mandi dulu, ya? Pakai air hangat, pakai sabun, biar bersih, biar kumannya hilang, biar kulitnya bagus. Sekarang dihandukin biar kering, tidak kedinginan. Wah, Adik wangi. Sekarang pakai baju dan celana. Nah, selesai. Enak, kan? Habis ini minum ASI terus tidur, ya?”
8. Bercerita tentang kegiatan yang sedang dilakukan orang tua. Contohnya, “Mama sekarang mau bikin susu buat adik! Ini susunya 3 takar ditambah air 90 ml, terus dikocok-kocok. Terlalu panas enggak? Oh, enggak. Nah, siap deh!”
II. Dengarkan suara bayi, berikan jawaban atau pujian
Ketika bayi bersuara atau berbicara walaupun tidak jelas, segeralah ayah/ibu menoleh dan memandang ke arah bayi dan mendengarkan suaranya seolah-olah mengerti maksudnya. Pandang matanya, tirukan suaranya, berikan jawaban atau pujian, seolah-olah bayi mengerti jawaban ayah/ibu. Contoh: Ta-ta-ta-ta? Ma-ma-ma-ma? Kenapa, sayang? Minta susu? Mau pup?
III. Bermain sambil berbicara
- Cilukba. Ayah/ibu mengucapkan, “Ciluuuuuuk!” sambil menutup muka dengan bantal beberapa detik kemudian bantal disingkirkan sambil ayah/ibu mengucapkan, “Baaaaaa!”
- Kapal terbang. “Nih ada kapal sedang terbang. Ngengngngngng…” Lalu arahkan kapal terbang mendekati wajah si kecil terus mendarat di atas perutnya.
- Boneka. Seolah-olah ayah/ibu berbicara kepada bayi, “Halo, kamu bayi yang lucu, ya?”
- Menyebutkan anggota badan. Misalnya, “Ini tangan. Ini kaki. Tiiiik…kitik…kitik., ini jari-jari.”
IV. Bernyanyi sambil bermain.
Putarkan kaset lagu anak-anak, ikutlah bernyanyi, sambil bertepuk tangan dan goyang kepala. Misalnya, “Pok-ame-ame, belalang kupu-kupu, tepok biar ramai, pagi-pagi minum …. susu.”; “Cicak-cicak di dinding, diam-diam merayap, datang seekor nyamuk, …..hap! Lalu ditangkap.”; “Dua mata saya, hidung saya satu…,” sambil menunjuk ke mata, hidung dan seterusnya.
V. Membacakan cerita sambil menunjukkan gambar-gambar
Bacakan cerita singkat dari buku cerita anak yang bergambar. Tunjukkan gambar tokoh-tokoh yang ada dalam cerita seperti binatang, benda-benda, dan manusia.
VI. Banyak berbicara sepanjang jalan ketika bepergian
Tunjuklah benda-benda atau kejadian sambil menyebutkan dengan kata-kata secara berulang-ulang. Itu layang-layang sedang terbang, itu kakak sedang menyeberang jalan, itu burung sedang terbang, itu pohon ada bunganya, dan lainnya.
VI. Bermain dengan anak lain yang lebih jelas dan lancar berbicaranya
Ajak bayi bermain dengan anak lain seperti kakak, tetangga, atau sepupu yang sudah lebih jelas berbicaranya. Kemudian, bermain bersama menggunakan boneka, kubus, balok, lego, buku bergambar dan lainnya.
HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN
Menurut Soedjatmiko ada beberapa hal yang mesti diperhatikan orang tua ketika mengajarkan berbicara pada bayi adalah :
- Jangan memaksa si kecil berbicara.
- Kalau bayi bersuara walaupun tidak jelas, tetap berikan jawaban seolah-olah ibu/ayah mengerti ucapannya.
- Pujilah segera kalau dia seolah berbicara benar.
- Jangan menyalahkan kalau ucapannya tidak benar.
- Kalau bayi sudah bosan sebaiknya beralihlah ke kegiatan lain yang menarik dan menyenangkan.
- Jangan memotong ocehan bayi. Inilah alasannya:
(1) Saat mengoceh, bayi sebenarnya sedang berusaha menyampaikan pendapat atau ide-idenya. Kalau orang tua sampai memotong ocehan bayi, berarti juga memotong ide yang ingin disampaikan bayi. Perlu diketahui, mengoceh merupakan bagian dari latihan mengembangkan pendapat maupun ide.
(2) Kalau orang tua sering memotong ocehan bayi, dikhawatirkan si kecil kelak tak memiliki kepercayaan diri yang kuat. Ia akan selalu takut untuk berbicara.
(3) Bayi ingin ocehannya diperhatikan dan dihargai. Memotong ocehannya akan membuat si bayi merasa tak dihargai. Jadi, jangan sekali-sekali memotong ocehannya. (Suaramedia.com
PENYAKIT YANG SERING DIDERITA ANAK-ANAK
GEA ( Gastro Enternis Akuta ) / DIARE
- Penyabab diare :
- Faktor infeksi, yaitu infeksi bakteri, infeksi virus, infeksi parasit.
- Faktor mal absorbsi, misalnya dalam mengabsorbsi karbohidrat, lemak, protein.
- faktor makanan, misalnya makanan yang beracun, alergi makanan.
- Faktor psikologis, misalnya rasa takut dan rasa cemas.
- Gejala-gejalanya :
Mula-mula cengeng, gelisah, suhu tubuh meningkat, nafsu makan tidak ada kemudian diare.
- Mekanisme timbulnya diare :
- Gangguan osmotik
Akibat terdapat makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meninggi, sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit ke rongga usus, isi rongga usus menjadi berlebihan, ini akan merangsang usus untuk mengeluarkannya, sehingga timbul diare.- Gangguan sekresi
Akibat ada rangsangan tertentu ( misalnya racun ) pada dinding usus, maka akan tyerjadi peningkatan air ke rongga usus, usus penuh, sehingga terjadi diare.- Gangguan mobilitas usus
Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan-kesempatan usus untuk menyerap makanan sehingga timbul diare. Sebaliknya bila peristaltik menurun akan menyebabkan bakteri tumbuh berlebihan dan menjadi diare.
- Akibat dari diare adalah dehidrasi / kekurangan cairan yang dapat bersifat :
1. Ringan, dengan tanda :
2. Sedang, dengan tanda :
- Haus
- Kencing sedikit
- Mulut kering
3. Berat, dengan tanda :
- Ubun-ubun besar dan cekung
- Mata cowong
- Tegangan kulit menurun
- Nafas cepat
- Kesadaran menurun
- Tidak sadar
- Pengobatan :
- Minum yang banyak cairan oralit.
- Jika tidak ada oralit, beri minum larutan gula dan garam.
- Segera bawa ke Puskesmas atau Rumah Sakit terdekat
Alergi Pada Bayi
MANIFESTASI KLINIS YANG BERKAITAN DENGAN ALERGI PADA ANAK
· Sering batuk, batuk lama (>2 minggu), pilek, (TERUTAMA MALAM DAN PAGI HARI siang hari hilang) sinusitis, bersin, mimisan. tonsilitis (amandel), sesak, suara serak.· Pembesaran kelenjar di leher dan kepala belakang bawah. · Sering lebam kebiruan pada kaki/tangan seperti bekas terbentur.
· Kulit timbul bisul, kemerahan, bercak putih dan bekas hitam seperti tergigit nyamuk. Sering menggosok mata, hidung atau telinga. Kotoran telinga berlebihan.
· Nyeri otot & tulang berulang malam hari. Sering kencing, Bed wetting (Ngompol)· Kulit timbul bisul, kemerahan, bercak putih dan bekas hitam seperti tergigit nyamuk. Sering menggosok mata, hidung atau telinga. Kotoran telinga berlebihan.
· Sering muntah , nyeri perut, SULIT MAKAN disertai berat badan kurang (biasanya setelah umur 4-6 bulan).
· Sering sariawan, lidah sering putih/kotor nyeri gusi/gigi, mulut berbau, air liur berlebihan, bibir kering.
· Sering Buang air besar (> 2 kali/hari), sulit buang air besar (obstipasi), kotoran bulat kecil hitam seperti kotoran kambing, keras, sering buang angin, berak di celana.
· Tidur larut malam/sering terbangun.
· Kepala,telapak kaki/tangan sering teraba hangat.Sering berkeringat (berlebihan)
· Mata gatal, timbul bintil di kelopak mata, mata sering berkedip, memakai kaca mata sejak usia sangat muda (usia 6-12 tahun).
· Gangguan hormonal : tumbuh rambut berlebihadi kaki/tangan, keputihan.
· Sering sakit kepala, migrain.
Manifestasi klinis yang sering dikaitkan dengan penderita alergi pada bayi.
· GANGGUAN SALURAN CERNA : Sering muntah/gumoh, kembung,“cegukan”, sering buang angin, sering “ngeden /mulet”, sering REWEL / GELISAH/COLIK terutama malam hari), Sering buang air besar (> 3 kali perhari), tidak BAB tiap hari, BERAK DARAH. Hernia Umbilikalis (pusar menonjol), Scrotalis, inguinalis (benjolan di selangkangan, daerah buah zakar atau pusar atau “turun berok”) karena sering ngeden sehingga tekanan di dalam perut meningkat.
· Kulit sensitif, sering timbul bintik atau bisul kemerahan terutama di pipi, telinga dan daerah yang tertutup popok. Kerak di daerah rambut.Timbul bekas hitam seperti tergigit nyamuk. Mata, telinga dan daerah sekitar rambut sering gatal, disertai pembesaran kelenjar di kepala belakang. Kotoran telinga berlebihan kadang sedikit berbau.
· Lidah sering timbul putih (seperti jamur). Bibir tampak kering atau bibir bagian tengah berwarna lebih gelap (biru).
· Napas grok-grok, kadang disertai batuk sesekali terutama malam dan pagi hari siang hari hilang. Bayi seperti ini beresiko sering batuk atau bila batuk sering lama (>7hari) dan dahak berlebihan )
· Sesak bayi baru lahir disertai kelenjar thimus membesar (TRDN/TTNB). Bayi seperti ini menurut penelitian beresiko asthma sebelum usia prasekolah.
· Sering bersin, pilek, kotoran hidung banyak, kepala sering miring ke salah satu sisi (Sehingga beresiko kepala “peyang”) karena hidung buntu, atau minum dominan hanya satu sisi bagian payudara. Karena hidung buntu dan bernapas dengan mulut waktu minum ASI sering tersedak
· Mata sering berair atau sering timbul kotoran mata (belekan) salah satu sisi/kedua sisi.
· Sering berkeringat (berlebihan)
· Karena minum yang berlebihan atau sering minta minum berakibat berat badan lebih dan kegemukan (umur <1tahun).
KESULITAN MAKAN PADA ANAK
GANGGUAN PENCERNAAN, PENYEBAB UTAMA KESULITAN MAKAN PADA ANAK
Pemberian makan pada anak memang sering menjadi masalah buat orangtua atau pengasuh anak. Keluhan tersebut sering dikeluhkan orang tua kepada dokter yang merawat anaknya. Faktor kesulitan makan pada anak inilah yang sering dialami oleh sekitar 25% pada usia anak, jumlah akan meningkat sekitar 40-70% pada anak yang lahir prematur atau dengan penyakit kronik. Hal ini pulalah yang sering membuat masalah tersendiri bagi orang tua, bahkan dokter yang merawatnya. Penelitian yang dilakukan di Jakarta menyebutkan pada anak prasekolah usia 4-6 tahun, didapatkan prevalensi kesulitan makan sebesar 33,6%. Sebagian besar 79,2% telah berlangsung lebih dari 3 bulan
Kesulitan makan karena sering dan berlangsung lama sering dianggap biasa. Sehingga akhirnya timbul komplikasi dan gangguan tumbuh kembang lainnya pada anak. Salah satu keterlambatan penanganan masalah tersebut adalah pemberian vitamin tanpa mencari penyebabnya sehingga kesulitan makan tersebut terjadi berkepanjangan. Akhirnya orang tua berpindah-pindah dokter dan berganti-ganti vitamin tapi tampak anak kesulitan makannya tidak membaik. Sering juga terjadi bahwa kesulitan makan tersebut dianggap dan diobati sebagai infeksi tuberkulosis yang belum tentu benar diderita anak.
Dengan penanganan kesulitan makan pada anak yang optimal diharapkan dapat mencegah komplikasi yang ditimbulkan, sehingga dapat meningkatkan kualitas anak Indonesia dalam menghadapi persaingan di era globalisasi mendatang khususnya. Tumbuh kembang dalam usia anak sangat menentukan kualitas seseorang bila sudah dewasa nantinya.
GEJALA SUATU PENYAKIT
Kesulitan makan bukanlah diagnosis atau penyakit, tetapi merupakan gejala atau tanda adanya penyimpangan, kelainan dan penyakit yang sedang terjadi pada tubuh anak. Pengertian kesulitan makan adalah jika anak tidak mau atau menolak untuk makan, atau mengalami kesulitan mengkonsumsi makanan atau minuman dengan jenis dan jumlah sesuai usia secara fisiologis (alamiah dan wajar), yaitu mulai dari membuka mulutnya tanpa paksaan, mengunyah, menelan hingga sampai terserap dipencernaan secara baik tanpa paksaan dan tanpa pemberian vitamin dan obat tertentu. Gejala kesulitan makan pada anak (1). Kesulitan mengunyah, menghisap, menelan makanan atau hanya bisa makanan lunak atau cair, (2) Memuntahkan atau menyembur-nyemburkan makanan yang sudah masuk di mulut anak, (3).Makan berlama-lama dan memainkan makanan, (4) Sama sekali tidak mau memasukkan makanan ke dalam mulut atau menutup mulut rapat, (5) Memuntahkan atau menumpahkan makanan, menepis suapan dari orangtua, (6). Tidak menyukai banyak variasi makanan dan (7), Kebiasaan makan yang aneh dan ganjil.
Kesulitan makan bukanlah diagnosis atau penyakit, tetapi merupakan gejala atau tanda adanya penyimpangan, kelainan dan penyakit yang sedang terjadi pada tubuh anak. Pengertian kesulitan makan adalah jika anak tidak mau atau menolak untuk makan, atau mengalami kesulitan mengkonsumsi makanan atau minuman dengan jenis dan jumlah sesuai usia secara fisiologis (alamiah dan wajar), yaitu mulai dari membuka mulutnya tanpa paksaan, mengunyah, menelan hingga sampai terserap dipencernaan secara baik tanpa paksaan dan tanpa pemberian vitamin dan obat tertentu. Gejala kesulitan makan pada anak (1). Kesulitan mengunyah, menghisap, menelan makanan atau hanya bisa makanan lunak atau cair, (2) Memuntahkan atau menyembur-nyemburkan makanan yang sudah masuk di mulut anak, (3).Makan berlama-lama dan memainkan makanan, (4) Sama sekali tidak mau memasukkan makanan ke dalam mulut atau menutup mulut rapat, (5) Memuntahkan atau menumpahkan makanan, menepis suapan dari orangtua, (6). Tidak menyukai banyak variasi makanan dan (7), Kebiasaan makan yang aneh dan ganjil.
PENYEBAB UTAMA KESULITAN MAKAN
Penyebab kesulitan makanan itu sangatlah banyak. Semua gangguan fungsi organ tubuh dan penyakit bisa berupa adanya kelainan fisik, maupun psikis dapat dianggap sebagai penyebab kesulitan makan pada anak. Kelainan fisik dapat berupa kelainan organ bawaan atau infeksi bawaan sejak lahir dan infeksi didapat dalam usia anak.
Penyebab kesulitan makanan itu sangatlah banyak. Semua gangguan fungsi organ tubuh dan penyakit bisa berupa adanya kelainan fisik, maupun psikis dapat dianggap sebagai penyebab kesulitan makan pada anak. Kelainan fisik dapat berupa kelainan organ bawaan atau infeksi bawaan sejak lahir dan infeksi didapat dalam usia anak.
Secara umum penyebab umum kesulitan makan pada anak dibedakan dalam 3 faktor, diantaranya adalah hilang nafsu makan, gangguan proses makan di mulut dan pengaruh psikologis. Beberapa faktor tersebut dapat berdiri sendiri tetapi sering kali terjadi lebih dari 1 faktor. Penyebab paling sering adalah hilangnya nafsu makan, diikuti gangguan proses makan. Sedangkan faktor psikologis yang dulu dianggap sebagai penyebab utama, mungkin saat mulai ditinggalkan atau sangat jarang.
Pengaruh hilang atau berkurangnya nafsu makan tampaknya merupakan penyebab utama masalah kesulitan makan pada anak. Pengaruh nafsu makan ini bisa mulai dari yang ringan (berkurang nafsu makan) hingga berat (tidak ada nafsu makan). Tampilan gangguan yang ringan berupa minum susu botol sering sisa, waktu minum ASI berkurang (sebelumnya 20 menit menjadi 10 menit), makan sering sisa atau hanya sedikit atau mengeluarkan dan menyembur-nyemburkan makanan di mulut. Sedangkan gangguan yang lebih berat tampak anak menutup rapat mulutnya atau tidak mau makan dan minum sama sekali. Berkurang atau hilangnya nafsu makan ini sering diakibatkan karena gangguan fungsi saluran cerna.
Gangguan fungsi pencernaan tersebut kadang tampak ringan seperti tidak ada gangguan. Tanda dan gejala yang menunjukkan adanya gangguan tersebut adalah perut kembung, sering “cegukan”, sering buang angin, sering muntah atau seperti hendak muntah bila disuapin makan. Gampang timbul muntah terutama bila menangis, berteriak, tertawa, berlari atau bila marah. Sering nyeri perut sesasaat, bersifat hilang timbul. Sulit buang air besar (bila buang air besar ”ngeden”, tidak setiap hari buang air besar, atau sebaliknya buang air besar sering (>2 kali/perhari). Kotoran tinja berwarna hitam atau hijau, berbentuk keras, bulat (seperti kotoran kambing) atau cair disertai bentuk seperti biji lombok, pernah ada riwayat berak darah. Gangguan tidur malam : malam rewel, kolik, tiba-tiba mengigau atau menjerit, tidur bolak balik dari ujung ke ujung lain tempat tidur. Lidah tampak kotor, berwarna putih serta air liur bertambah banyak atau mulut berbau
Gangguan saluran cerna biasanya disertai kulit yang sensitif. Sering timbul bintik-bintik kemerahan seperti digigit nyamuk atau serangga, biang keringat, kulit berwarna putih (seperti panu) di wajah atau di bagian badan lainnya. Saat bayi sering timbul gangguan kulit di pipi, sekitar mulut, sekitar daerah popok dan sebagainya.
Tanda dan gejala tersebut di atas sering dianggap biasa karena sering terjadi pada banyak anak. Padahal bila di amati secara cermat tanda dan gejala tersebut merupakan manifestasi adanya gangguan pencernaan, yang sangat mungkin berkaitan dengan kesulitan makan pada anak.
GANGGUAN PROSES MAKAN DI MULUT
Proses makan terjadi mulai dari memasukkan makan dimulut, mengunyah dan menelan. Ketrampilan dan kemampuan koordinasi pergerakan motorik kasar di sekitar mulut sangat berperanan dalam proses makan tersebut. Pergerakan morik tersebut berupa koordinasi gerakan menggigit, mengunyah dan menelan dilakukan oleh otot di rahang atas dan bawah, bibir, lidah dan banyak otot lainnya di sekitar mulut. Gangguan proses makan di mulut tersebut seringkali berupa gangguan mengunyah makanan.
Proses makan terjadi mulai dari memasukkan makan dimulut, mengunyah dan menelan. Ketrampilan dan kemampuan koordinasi pergerakan motorik kasar di sekitar mulut sangat berperanan dalam proses makan tersebut. Pergerakan morik tersebut berupa koordinasi gerakan menggigit, mengunyah dan menelan dilakukan oleh otot di rahang atas dan bawah, bibir, lidah dan banyak otot lainnya di sekitar mulut. Gangguan proses makan di mulut tersebut seringkali berupa gangguan mengunyah makanan.
Tampilan klinis gangguan mengunyah adalah keterlambatan makanan kasar tidak bisa makan nasi tim saat usia 9 bulan, belum bisa makan nasi saat usia 1 tahun, tidak bisa makan daging sapi (empal) atau sayur berserat seperti kangkung. Bila anak sedang muntah dan akan terlihat tumpahannya terdapat bentukan nasi yang masih utuh. Hal ini menunjukkan bahwa proses mengunyah nasi tersebut tidak sempurna. Tetapi kemampuan untuk makan bahan makanan yang keras seperti krupuk atau biskuit tidak terganggu, karena hanya memerlukan beberapa kunyahan. Gangguan koordinasi motorik mulut ini juga mengakibatkani kejadian tergigit sendiri bagian bibir atau lidah secara tidak sengaja.
Kelainan lain yang berkaitan dengan koordinasi motorik mulut adalah keterlambatan bicara dan gangguan bicara (cedal, gagap, bicara terlalu cepat sehingga sulit dimengerti). Gangguan motorik proses makan ini biasanya disertai oleh gangguan keseimbangan dan motorik kasar lainnya seperti tidak mengalami proses perkembangan normal duduk, merangkak dan berdiri. Sehingga terlambat bolak-balik (normal usia 4 bulan), terlambat duduk merangkak (normal 6-8 bulan) atau tidak merangkak tetapi langsung berjalan, keterlambatan kemampuan mengayuh sepeda (normal usia 2,5 tahun), jalan jinjit, duduk bersimpuh leter “W”. Bila berjalan selalu cepat, terburu-buru seperti berlari, sering jatuh atau menabrak, sehingga sering terlambat berjalan. Ciri lainnya biasanya disertai gejala anak tidak bisa diam, mulai dari overaktif hingga hiperaktif. Mudah marah serta sulit berkonsentrasi, gampang bosan dan selalu terburu-buru.
Gangguan saluran pencernaan tampaknya merupakan faktor penyebab terpenting dalam gangguan proses makan di mulut. Hal ini dapat dijelaskan bahwa dengan teori ”Gut Brain Axis”. Teori ini menunjukkan bahwa bila terdapat gangguan saluran cerna maka mempengaruhi fungsi susunan saraf pusat atau otak. Gangguan fungsi susunan saraf pusat tersebut berupa gangguan neuroanatomis dan neurofungsional. Salah satu manifestasi klinis yang terjadi adalah gangguan koordinasi motorik kasar mulut.
Kelainan bawaan adalah gangguan fungsi organ tubuh atau kelainan anatomis organ tubuh yang terjadi sejak pembentukan organ dalam kehamilan.Diantaranya adalah kelainan mulut, tenggorok, dan esofagus: sumbing, lidah besar, tenggorok terbelah, fistula trakeoesofagus, atresia esofagus, Laringomalasia, trakeomalasia, kista laring, tumor, tidak ada lubang hidung, serebral palsi, kelainan paru, jantung, ginjal dan organ lainnya sejak lahir atau sejak dalam kandungan.
Bila fungsi otak tersebut terganggu maka kemampuan motorik untuk makan akan terpengaruh. Gangguan fungsi otak tersebut dapat berupa infeksi, kelainan bawaan atau gangguan lainnya seperti serebral palsi, miastenia gravis, poliomielitis.. Bila kelainan susunan saraf pusat ini terjadi karena kelainan bawaan sejak lahir biasanya disertai dengan gangguan motorik atau gangguan perilaku dan perkembangan lainnya.
GANGGUAN PSIKOLOGIS
Gangguan psikologis dahulu dianggap sebagai penyebab utama kesulitan makan pada anak. Tampaknya hal ini terjadi karena dahulu kalau kita kesulitan dalam menemukan penyebab kesulitan makan pada anak maka gangguan psikologis dianggap sebagai diagnosis keranjang sampah untuk mencari penyebab kesulitan makan pada anak. Untuk memastikan gangguan psikologis sebagai penyebab utama kesulitan makan pada anak harus dipastikan tidak adanya kelainan organik pada anak. Kemungkinan lain yang sering terjadi, gangguan psikologis memperberat masalah kesulitan makan yang memang sudah terjadi sebelumnya.
Gangguan psikologis dahulu dianggap sebagai penyebab utama kesulitan makan pada anak. Tampaknya hal ini terjadi karena dahulu kalau kita kesulitan dalam menemukan penyebab kesulitan makan pada anak maka gangguan psikologis dianggap sebagai diagnosis keranjang sampah untuk mencari penyebab kesulitan makan pada anak. Untuk memastikan gangguan psikologis sebagai penyebab utama kesulitan makan pada anak harus dipastikan tidak adanya kelainan organik pada anak. Kemungkinan lain yang sering terjadi, gangguan psikologis memperberat masalah kesulitan makan yang memang sudah terjadi sebelumnya.
Gangguan pskologis bisa dianggap sebagai penyebab bila kesulitan makan itu waktunya bersamaan dengan masalah psikologis yang dihadapi. Bila faktor psikologis tersebut membaik maka gangguan kesulitan makanpun akan membaik. Untuk memastikannya kadang sulit, karena dibutuhkan pengamatan yang cermat dari dekat dan dalam jangka waktu yang cukup lama. Karenanya hal tersebut hanya mungkin dilakukan oleh orang tua bekerjasama dengan psikater atau psikolog.
Pakar psikologis menyebutkan sebab meliputi gangguan sikap negatifisme, menarik perhatian, ketidak bahagian atau perasaan lain pada anak, kebiasaan rewel pada anak digunakan sebagai upaya untuk mendapatkan yang sangat diinginkannya, sedang tertarik permainan atau benda lainya, meniru pola makan orang tua atau saudaranya reaksi anak yang manja.
Beberapa aspek psikologis dalam hubungan keluarga, baik antara anak dengan orang tua, antara ayah dan ibu atau hubungan antara anggota keluarga lainnya dapat mempengaruhi kondisi psikologis anak. Misalnya bila hubungan antara orang tua yang tidak harmonis, hubungan antara anggota keluarga lainnya tidak baik atau suasana keluarga yang penuh pertentangan, permusuhan atau emosi yang tinggi akan mengakibatkan anak mengalami ketakutan, kecemasan, tidak bahagia, sedih atau depresi. Hal itu mengakibatkan anak tidak aman dan nyaman sehingga bisa membuat anak menarik diri dari kegiatan atau lingkungan keluarga termasuk aktifitas makannya
Sikap orang tua dalam hubungannya dengan anak sangat menentukan untuk terjadinya gangguan psikologis yang dapat mengakibatkan gangguan makan. Beberapa hal tersebut diantaranya adalah : perlindungan dan perhatian berlebihan pada anak, orang tua yang pemarah, stress dan tegang terus menerus, kurangnya kasih sayang baik secara kualitas dan kuantitas, urangnya pengertian dan pemahaman orang tua terhadap kondisi psikologis anak, hubungan antara orang tua yang tidak harmonis, sering ada pertengkaran dan permusuhan.
SERING OVERDIAGNOSIS PENYAKIT TUBERKULOSIS
Penyakit TBC sering dianggap biang keladi penyebab utama kesulitan makan pada anak. Diagnosis pasti TBC anak sulit oleh karena penemuan kuman Micobacterium TBC (M.TBC) pada anak tidak mudah. Cara-cara lain untuk pemeriksaan laboratorium darah secara bakteriologis atau serologis masih memerlukan penelitian lebih lanjut untuk dapat dipakai secara praktis – klinis.
Penyakit TBC sering dianggap biang keladi penyebab utama kesulitan makan pada anak. Diagnosis pasti TBC anak sulit oleh karena penemuan kuman Micobacterium TBC (M.TBC) pada anak tidak mudah. Cara-cara lain untuk pemeriksaan laboratorium darah secara bakteriologis atau serologis masih memerlukan penelitian lebih lanjut untuk dapat dipakai secara praktis – klinis.
Karena kesulitan diagnosis tersebut sering terjadi overdiagnosis atau underdiagnosis. Overdiagnosis artinya diagnosis TBC yang diberikan pada anak oleh dokter terlalu berlebihan atau terlalu cepat mendiagnosis dengan data yang minimal walaupun anak belum tentu menderita TBC.
Apabila terjadi overdiagnosis TBC pada anak terdapat konsekuensi yang tidak ringan dihadapi oleh si anak, karena anak harus mengkonsumsi 2 atau 3 obat sekaligus minimal 6 bulan. Bahkan kadangkala diberikan lebih lama apabila dokter menemukan tidak ada perbaikan klinis. Padahal obat TBC dalam jangka waktu lama beresiko mengganggu fungsi hati,persyarafan telinga dan organ tubuh lainnya.
Sering terjadi anak dengan keluhan alergi pernapasan atau gangguan pencernaan kronis (seperti coeliac dsbnya) yang disertai berat badan yang kurang dan sulit makan diobati sebagai penyakit Tuberkulosis (TBC) paru yang harus minum obat selama 6 bulan hingga 1 tahun. Padahal belum tentu anak tersebut mengidap penyakit tuberculosis. Bahkan orang tua heran saat anaknya divonis dokter mengidap penyakit TBC padahal tidak ada seorangpun di rumah yang mengalami penyakit TBC. Overdiagnosis dan overtreatment pada anak dengan gejala alergi tersebut sering terjadi karena keluhan alergi dan TBC hampir sama, sementara mendiagnosis penyakit TBC tidaklah mudah.
Diagnosis Tuberkulosis anak menurut Pertemuan Dokter Anak pulmunologi tahun 2000 harus dengan pengamatan seksama tentang adanya : Gejala klinis, kontak erat serumah penderita TBC (dipastikan dengan dengan pemeriksaan dahak positif), pemeriksaan yang harus dilakukan adalah Foto polos dada (roentgen), tes mantouxt (positif : > 15mm bila sudah BCG, Positif > 10 mm bila belum BCG). Sering terjadi hanya dengan melakukan pemeriksaan satu jenis pemeriksaan saja, anak sudah divonis dengan penyakit TBC. Seharusnya pemeriksaan harus dilakukan secara lengkap dan teliti seperti di atas. Karena sulitnya mendiagnosis TBC pada anak dan kosekuensi lamanya pengobatan maka bila meragukan lebih baik dikonsultasikan atau dikonfirmasikan ke Dokter Spesialis Paru Anak (Pulmonologi Anak). Ciri lain yang menunjukkan kemungkinan anak sudah mengalami gangguan saluran cerna secara genetik atau sejak lahir dan bhuka penyakit TBC adalah anak sejak lahir beratnya tidak pernah optimal dan biasanya salah satu orangtuanya mempunyai berat badan yang kurus saat usia anak.
KOMPLIKASI KESULITAN MAKAN
Peristiwa kesulitan makan yang terjadi pada penderita Autis biasanya berlangsung lama. Komplikasi yang bisa ditimbulkan adalah gangguan asupan gizi seperti kekurangan kalori, protein, vitamin, mineral dan anemia (kurang darah). Defisiensi zat gizi ini ternyata juga akan memperberat masalah gangguan metabolisme dan gangguan fungsi tubuh lainnya yang terjadi pada penderita Autis. Keadaan ini tentunya akan menghambat beberapa upaya penanganan dan terapi yang sudah dilakukan selama ini.
Peristiwa kesulitan makan yang terjadi pada penderita Autis biasanya berlangsung lama. Komplikasi yang bisa ditimbulkan adalah gangguan asupan gizi seperti kekurangan kalori, protein, vitamin, mineral dan anemia (kurang darah). Defisiensi zat gizi ini ternyata juga akan memperberat masalah gangguan metabolisme dan gangguan fungsi tubuh lainnya yang terjadi pada penderita Autis. Keadaan ini tentunya akan menghambat beberapa upaya penanganan dan terapi yang sudah dilakukan selama ini.
Kekurangan kalori dan protein yang terjadi tentunya akan mengakibatkan gangguan pertumbuhan pada penderita Autis. Tampilan klinis yang dapat dilihat adalah kegagalan dalam peningkatan berat badan atau tinggi badan. Dalam keadaan normal anak usia di atas 2 tahun seharusnya terjadi peningkatan berat badan 2 kilogram dalam setahun. Pada penderita kesulitan makan sering terjadi kenaikkan berat badan terjadi agak susah bahkan terjadi kecenderunagn tetap dalam keadaan yang cukup lama.
PENANGANAN KESULITAN MAKAN PADA ANAK
Beberapa langkah yang dilakukan pada penatalaksanaan kesulitan makan pada anak yang harus dilakukan adalah : (1). Pastikan apakah betul anak mengalami kesulitan makan Cari penyebab kesulitan makanan pada anak, (2). Identifikasi adakah komplikasi yang terjadi, (3) Pemberian pengobatan terhadap penyebab, (4). Bila penyebabnya gangguan saluran cerna (seperti alergi, intoleransi atau coeliac), hindari makanan tertentu yang menjadi penyebab gangguan.
Beberapa langkah yang dilakukan pada penatalaksanaan kesulitan makan pada anak yang harus dilakukan adalah : (1). Pastikan apakah betul anak mengalami kesulitan makan Cari penyebab kesulitan makanan pada anak, (2). Identifikasi adakah komplikasi yang terjadi, (3) Pemberian pengobatan terhadap penyebab, (4). Bila penyebabnya gangguan saluran cerna (seperti alergi, intoleransi atau coeliac), hindari makanan tertentu yang menjadi penyebab gangguan.
Gangguan fungsi pencernaan kronis pada anak tampaknya sebagai penyebab paling penting dalam kesulitan makan. Gangguan fungsi saluran cerna kronis yang terjadi seperti alergi makanan, intoleransi makanan, penyakit coeliac dan sebagainya. Reaksi simpang makanan tersebut tampaknya sebagai penyebab utama gangguan-gangguan tersebut. Hal ini bisa dilihat dengan timbulnya permasalahan kesulitan makan ini terbanyak saat usia di atas 6 bulan ketika mulai diperkenalkannya variasi makanan tambahan baru. Penelitian yang dilakukan di Picky Eater Clinic Jakarta menunjukkan, setelah dilakukan penghindaran makanan tertentu pada 218 anak dengan kesulitan makan dengan gangguan intoleransi makanan, alergi makanan, penyakit coeliac, Setelah dilakukan penghindaran makanan selama 3 minggu, tampak perbaikan kesulitan makan sejumlah 78% pada minggu pertama, 92% pada minggu ke dua dan 96% pada minggu ketiga. Gangguan saluran cerna juga tampak membaik sekitar 84% dan 94% penderita antara minggu pertama dan ketiga. Tetapi perbaikan gangguan mengunyah dan menelan hanya bisa diperbaiki sekitar 30%. Mungkin gangguan ini akan membaik maksimal seiring dengan pertambahan usia.
Penanganan dalam segi neuromotorik dapat melalui pencapaian tingkat kesadaran yang optimal dengan stimulasi sistem multisensoris, stimulasi kontrol gerak oral dan refleks menelan, teknik khusus untuk posisi yang baik. Penggunaan sikat gigi listrik dan minum dengan sedotan kadang membantu memperbaiki masalah ini. Aktifitas meniup balon atau harmonika dan senam mulut dengan gerakan tertentu juga sering dianjurkan untuk gangguan ini.
Pemberian suplemen vitamin atau obat tertentu sering diberikan pada kasus kesulitan makan pada anak. Tindakan ini bukanlah cara terbaik untuk menyelesaikan masalah, bila tidak disertai dengan mencari penyebabnya. Kadangkala pemberian vitamin atau obat-obatan justru menutupi penyebab gangguan tersebut, kalau penyebabnya tidak tertangani tuntas maka keluhan tersebut terus berulang. Bila penyebabnya tidak segera terdeteksi maka anak akan tergantung dengan pemberian vitamin tersebut Bila kita tidak waspada terdapat beberapa akibat dari pemberian obat-obatan dan vitamin dalam jangka waktu yang lama.
Selain mengatasi penyebab kesulitan makan sesuai dengan penyebab, harus ditunjang dengan cara pemberian makan yang sesuai untuk anak dengan kesulitan makan pada anak. Karena anak dengan gangguan makan kebiasaan dan perilaku makannya berbeda dengan anak yang sehat lainnya. Kesulitan makan disertai gangguan fungsi saluran cerna biasanya terjadi jangka panjang, dan sebagian akan berkurang pada usia tertentu. Gangguan alergi makanan akan membaik setelah usia setelah usia 5-7 tahun. Tetapi pada kasus penyakit coeliac atau intoleransi makanan terjadi dalam waktu yang lebih lama bahkan tidak sedikit yang terjadi hingga dewasa.
Langganan:
Postingan (Atom)